Value of "Dua Garis Biru"
Hello guys,
Aku mau cerita ke kalian nih, kalau beberapa hari yang lalu, aku nonton film drama indonesia gitu lah. Langka banget nih ye, aku nonton film begituan. Secara aku hobi nya nonton drama korea a.k Drakor, bukan drama indo.
Nah, film yang aku tonton ini judulnya "Dua Garis Biru". film yang awalnya udah aku mikir nggak ada value nya tapi pas nonton beneran bikin aku mikir "Iya deh ya, kayaknya aku juga pernah ngalamin masa-masa ini". Masa-masa disini bukan masa dimana aku MBI or do something like them, tapi lebih ke aku pernah remaja dan bener-bener tabu banget bahas-bahas kayak gini.
okey, aku langsung ambil value versi "aku" dari film ini ye for all of you, let's check..
1. Sex before marriage is something wrong
Sebelum ketemu film ini, dari nenek moyang kita udah ngasih tau kalau seks sebelum nikah itu dosa, nggak ada bener-bener nya sama sekali. Nah, di film ini lebih dikasih penjelasan mengenai "bahaya" kenapa sih seks di usia yang dini sangat tidak dianjurkan ?
Dari segi kesehatan udah terjawab nih, nggak baiknya ya karena secara tubuh belum siap untuk itu. ada beberapa yang berpikir secara mental yang belum siap, nggak salah. Namun, ada beberapa kondisi dimana "bocah-bocah" tsb punya mental yang lebih baik loh dalam menyikapi pernikahan ketimbang gue yang umurnya almost 1/4 abad (omg, tua amat.haha).
Harapannya, buat adek-adek dibawah umur, terkhusus yang wanita, jangan pernah berpikir pacar/pasangan kalian saat ini akan seperti si tokoh "pria" dalam film tersebut, yang akan so gentle tuk bertanggung jawab.
Come on, kerugian lahir batin dunia akhirat adanya di kalian, mereka nggak akan terlihat "jejak" brengseknya sama sekali. kita yang bakal ngerasain.
2. Take quality time with your family
saat ini sangat banyak peran orang tua yang terganti dengan indahnya dunia teknologi. Alasan sibuk bekerja membuat mereka seolah mengesampingkan quality time bersama anak-anak nya. Hal itu nggak bisa dianggap sepele loh, why ? karena anak-anak butuh perhatian yang cukup. dan tentunya kita tak bisa membiarkan pengawasan terhadap anak lengah begitu saja, terlepas dari berapa pun usia anak kita. Dengan kedekatan yang kita bangun terhadap anak kita, diharapkan mereka akan lebih leluasa dan terbuka terhadap apapun yang ingin mereka ketahui. mereka akan menanyakan terkait permasalahan atau kejadian yang sedang mereka alami.
3. Sex education
wow, ini sih aku ngerasa bgt. dimana pada jamanku dulu remaja yang namanya bahasan tentang seks itu hal yang "tabu" sehingga kebawa sampai sekarang kalau nyari info apa-apa via internet. emang salah lewat internet infonya? nggak salah. cuma udah seberapa yakin link yang kamu buka di google itu merupakan link edukasi ? bukan sebuah link pornografi. Nah, disini menurutku orangtua bisa mengambil peran ini. minimal dari rumah tidak menciptakan suasana "tabu" terkait pembahasan tentang ini. Aku masih ingat pertama kali mendapat pelajaran tentang seks, itupun masih ter-include di pelajaran biologi ketika kelas 1 smp semester 2. Dan dengan sangat bodohnya, aku bertanya " gimana cara pakai kondom?kan ibu bilang itu seperti karet." dan seperti yang kau tau, guru tersebut susah menjelaskan serta aku yang otomatis jadi bahan bully sekelas.
Harusnya kita tidak memandang hal tersebut dengan sendiri nya, dan inget tidak semua anak bisa terbuka pada orangtua mereka. bahkan untuk beberapa anak ada yang menstruasi tanpa ia mengerti kalau ia sedang menstruasi, ia pikir hanya sedang "terluka" sebentar akibat main lari-larian.
apakah mereka bodoh ? tidak. karena mereka tidak mengerti serta orang tua mereka tidak cukup peka untuk memahami.
Terlepas dari beberapa kontra terkait film ini, aku appreciate sekali ada yang mau bahas tema seperti ini. beberapa yang kontra beranggapan bahwa film ini kan seakan mempertontonkan "zina" secara luas, dimana udah jelas di agama (muslim), mendekati zina aja haram gimana ngelakuin dan diperparah dengan dibuat film tentang itu. hmm mungkin harus liat tentang hadist " innamal a'malu binniyat " atau yang dalam bahasa indonesianya " semua tergantung dari niatnya". value yang disampaikan mungkin bisa diserap dengan cara pandang yang lain, toh tidak semua orang bisa nangkep bahasan tentang "bahaya dari free sex" itu dari orang yang berpidato ceramah. ada yang lebih "terbuka" melalui media film mungkin.
So,berkarya lah sesuai dengan apa yang kamu sukai, tak baik menghakimi karya orang lain dengan satu dua hal based on you mind, karena setiap orang ingin memberikan pandangannya terhadap sesuatu.
3. Sex education
wow, ini sih aku ngerasa bgt. dimana pada jamanku dulu remaja yang namanya bahasan tentang seks itu hal yang "tabu" sehingga kebawa sampai sekarang kalau nyari info apa-apa via internet. emang salah lewat internet infonya? nggak salah. cuma udah seberapa yakin link yang kamu buka di google itu merupakan link edukasi ? bukan sebuah link pornografi. Nah, disini menurutku orangtua bisa mengambil peran ini. minimal dari rumah tidak menciptakan suasana "tabu" terkait pembahasan tentang ini. Aku masih ingat pertama kali mendapat pelajaran tentang seks, itupun masih ter-include di pelajaran biologi ketika kelas 1 smp semester 2. Dan dengan sangat bodohnya, aku bertanya " gimana cara pakai kondom?kan ibu bilang itu seperti karet." dan seperti yang kau tau, guru tersebut susah menjelaskan serta aku yang otomatis jadi bahan bully sekelas.
Harusnya kita tidak memandang hal tersebut dengan sendiri nya, dan inget tidak semua anak bisa terbuka pada orangtua mereka. bahkan untuk beberapa anak ada yang menstruasi tanpa ia mengerti kalau ia sedang menstruasi, ia pikir hanya sedang "terluka" sebentar akibat main lari-larian.
apakah mereka bodoh ? tidak. karena mereka tidak mengerti serta orang tua mereka tidak cukup peka untuk memahami.
Terlepas dari beberapa kontra terkait film ini, aku appreciate sekali ada yang mau bahas tema seperti ini. beberapa yang kontra beranggapan bahwa film ini kan seakan mempertontonkan "zina" secara luas, dimana udah jelas di agama (muslim), mendekati zina aja haram gimana ngelakuin dan diperparah dengan dibuat film tentang itu. hmm mungkin harus liat tentang hadist " innamal a'malu binniyat " atau yang dalam bahasa indonesianya " semua tergantung dari niatnya". value yang disampaikan mungkin bisa diserap dengan cara pandang yang lain, toh tidak semua orang bisa nangkep bahasan tentang "bahaya dari free sex" itu dari orang yang berpidato ceramah. ada yang lebih "terbuka" melalui media film mungkin.
So,berkarya lah sesuai dengan apa yang kamu sukai, tak baik menghakimi karya orang lain dengan satu dua hal based on you mind, karena setiap orang ingin memberikan pandangannya terhadap sesuatu.
* NB : for parents or everyone that will be parents, please take more time with your family :)
Komentar
Posting Komentar